Nilai tukar rupiah menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir. Bahkan hari ini tembus level di bawah Rp14.800/US$ yang merupakan rekor terkuat pada 2023.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 14.820/US$ atau melesat 0,37%. Penguatan rupiah terus bertambah hingga menembus ke bawah Rp 14.800/US$.
Pada pukul 9:20 WIB, rupiah berada di Rp 14.790/US$ atau menguat 0,57% sekaligus menjadi rekor terkuat baru pada tahun ini.
Bagaimana ke depan?
Sejumlah ekonom terbaik tanah air memperkirakan penguatan rupiah akan terus berlanjut. Bahkan ada yang menyebut potensi terkuatnya akan di level Rp14.600/US$.
“Dalam jangka pendek support bisa di Rp 14.600-15.000/ US$,” ungkap Ekonom PT Bank BCA Tbk David Sumual kepada CNBC Indonesia, Kamis (13/4/2023)
Faktor pendorongnya memang bersumber dari eksternal, yaitu keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federeal Reserve (the Fed) mengenai suku bunga acuan.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Faisal Rachman. Meski dia lebih memperkirakan rupiah bergerak di level Rp 14.700-14.800/US$ karena ada potensi kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 25 bps pada Mei 2023.
Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto memperkirakan rupiah akan berada di level terbaiknya yaitu Rp14.800/US$. Myrdal memang tidak terlalu optimis, mempertimbangkan eksportir yang bisa terganggu kalau rupiah menguat drastis.
“Kelihatannya BI jaga supaya tidak break di bawah Rp 14.800 karena kekhawatiran eksportir teriak karena rupiah terlalu kuat justru akan mengganggu kinerja eksportir,” ungkap Myrdal.